Tarif Mendaki Gunung Everest Naik Drastis, Kini Tembus Rp 245 Juta! Apa Dampaknya bagi Pendaki dan Nepal?

Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia yang menjadi impian para pendaki, kini semakin "mahal" untuk ditaklukkan. Pemerintah Nepal baru saja mengumumkan kenaikan biaya perizinan mendaki Everest sebesar 35 persen, dari 11.000 dollar AS (Rp 179,7 juta) menjadi 15.000 dollar AS (Rp 245,1 juta) . Ini adalah penyesuaian pertama dalam hampir satu dekade, sejak tarif sebelumnya ditetapkan pada 2015.

Kenaikan ini tidak hanya berlaku untuk rute populer seperti South East Ridge atau South Col , tetapi juga untuk musim pendakian alternatif yang kurang diminati, seperti September-November dan Desember-Februari. Tarif untuk periode tersebut naik lebih dari dua kali lipat, dari 3.750 dollar AS (Rp 61,2 juta) menjadi 7.500 dollar AS (Rp 122,5 juta) . Perubahan ini akan mulai diberlakukan pada September 2025 , termasuk untuk musim favorit pendakian yakni April-Mei.

Mengapa Biaya Perizinan Dinaikkan?
Menurut Narayan Prasad Regmi , Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Nepal, keputusan ini diambil karena biaya royalti mendaki Everest sudah lama tidak ditinjau ulang. "Kami telah memperbaruinya sekarang," ujarnya kepada Reuters . Meski tidak merinci penggunaan tambahan dana tersebut, Regmi menyebut bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan gunung yang lebih baik, termasuk perlindungan lingkungan dan keselamatan pendaki.

Namun, kritik terhadap Nepal soal pengelolaan Everest bukan hal baru. Banyak ahli pendakian menyoroti masalah seperti jumlah pendaki yang berlebihan , sampah yang menumpuk , dan kurangnya infrastruktur keselamatan . Setiap tahun, Nepal menerbitkan sekitar 300 izin pendakian untuk Everest, membuat jalur pendakian sering kali dipenuhi antrean panjang di daerah-daerah kritis seperti Hillary Step .

Pendapat Penyelenggara Ekspedisi
Meski ada kenaikan tarif, para penyelenggara ekspedisi yakin bahwa animo pendaki tidak akan berkurang secara signifikan. Salah satu penyelenggara ternama dari Austria, Lukas Furtenbach dari Furtenbach Adventures , menyebut bahwa kenaikan ini sudah diprediksi sebelumnya.

Namun, beberapa pendaki independen mungkin mulai mempertimbangkan opsi lain, seperti mendaki melalui sisi Tibet di Cina, yang memiliki tarif lebih rendah. Meski begitu, akses melalui Tibet sering kali lebih ketat dan sulit diperoleh.

Tantangan Lingkungan di Everest
Selain isu biaya, kondisi lingkungan di Everest juga menjadi sorotan. Para pendaki yang kembali dari gunung ini melaporkan bahwa Everest semakin "kering" dan "berbatu". Salju yang biasanya menutupi jalur pendakian kini berkurang drastis, kemungkinan besar akibat dampak pemanasan global dan perubahan iklim.

Para ahli memperingatkan bahwa fenomena ini tidak hanya mengancam keindahan alam Everest, tetapi juga meningkatkan risiko bagi para pendaki. Jalur yang lebih berbatu dan licin membuat pendakian semakin berbahaya, terutama di area teknis seperti Khumbu Icefall .

Dampak bagi Masyarakat Nepal
Bagi Nepal, pendapatan dari pendakian Everest adalah sumber utama mata pencaharian bagi ribuan orang, termasuk pemandu gunung lokal (Sherpa ) dan operator logistik. Kenaikan tarif ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan dan infrastruktur pendakian, serta memberikan lebih banyak dana untuk membersihkan sampah yang menumpuk di gunung.

Namun, tantangan terbesar tetap ada: bagaimana Nepal bisa menyeimbangkan antara pendapatan pariwisata dan keberlanjutan lingkungan ? Seiring dengan meningkatnya jumlah pendaki, tekanan terhadap ekosistem Everest juga semakin besar. Sampah plastik, botol oksigen kosong, dan peralatan pendakian lainnya sering kali ditinggalkan begitu saja oleh pendaki yang kurang bertanggung jawab.

Apakah Kenaikan Ini Adil?
Kenaikan tarif ini memicu perdebatan di kalangan komunitas pendaki. Di satu sisi, mereka yang mendukung kebijakan ini percaya bahwa biaya tambahan dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi gunung dan meningkatkan keselamatan. Di sisi lain, ada yang khawatir bahwa kenaikan ini hanya akan membebani pendaki independen, sementara operator besar mungkin tidak terlalu merasakan dampaknya.

Sebagai contoh, seorang pendaki solo mungkin harus mengeluarkan total biaya hingga 40.000–80.000 dollar AS (Rp 653 juta–1,3 miliar) untuk satu ekspedisi Everest, termasuk biaya logistik, peralatan, dan pemandu. Dengan tarif perizinan yang lebih tinggi, biaya keseluruhan tentu akan semakin mahal.

Kesimpulan
Meskipun tarif mendaki Gunung Everest naik drastis, minat para pendaki untuk menaklukkan puncak ini kemungkinan besar tidak akan surut. Namun, kebijakan ini harus diimbangi dengan transparansi dalam penggunaan dana tambahan agar benar-benar bermanfaat bagi lingkungan dan keselamatan. Bagi Nepal, tantangan terbesar adalah menjaga agar Everest tetap menjadi destinasi yang menarik tanpa mengorbankan kelestariannya.

Jadi, apakah kamu masih tertarik untuk mencoba menaklukkan atap dunia ini, meskipun harganya semakin tinggi?

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Info RTP Situs Slot Online

Update RTP Slot Online

superwd77

superwd77