Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, selalu menjadi tantangan ekstrem bagi para pendaki. Namun, dengan kemajuan teknologi, pendakian ke "Atap Dunia" ini mungkin akan berubah selamanya. Baru-baru ini, muncul wacana penggunaan drone untuk mengirimkan logistik ke base camp bahkan area yang lebih tinggi. Inovasi ini tidak hanya bisa menyelamatkan nyawa, tetapi juga membuka babak baru dalam ekspedisi gunung.

Drone vs. Porter: Revolusi Logistik di Everest

Selama ini, pengiriman logistik seperti tabung oksigen, makanan, dan peralatan pendakian sangat bergantung pada porter atau sherpa. Proses ini memakan biaya besar dan berisiko tinggi, mengingat medan Everest yang ekstrem.

Dengan drone berteknologi tinggi yang mampu terbang di ketinggian dan cuaca ekstrem, pengiriman logistik bisa lebih cepat, efisien, dan mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia. Beberapa perusahaan teknologi bahkan sedang menguji drone dengan daya angkut besar dan kemampuan navigasi otomatis untuk rute-rute berbahaya di Everest.

Dampak Positif: Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan

Mengurangi Kecelakaan – Banyak porter dan sherpa tewas karena longsor, hypoxia, atau kelelahan. Drone bisa meminimalisir risiko ini.

Memangkas Biaya Ekspedisi – Penggunaan drone bisa menekan biaya logistik, membuat pendakian lebih terjangkau.

Pengurangan Sampah – Drone dapat digunakan untuk mengevakuasi sampah dari area ketinggian, sehingga berperan dalam upaya pembersihan Gunung Everest dari limbah yang ditinggalkan para pendaki.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meski menjanjikan, teknologi ini masih menghadapi kendala:

Cuaca Ekstrem – Angin kencang dan suhu beku bisa mengganggu kinerja drone.

Peraturan – Pemerintah Nepal bersama otoritas pendakian perlu merumuskan regulasi yang tegas terkait penggunaan drone di wilayah Everest.

Kapasitas Baterai – Drone perlu inovasi baterai tahan lama untuk bisa bolak-balik mengangkut logistik.

Masa Depan Pendakian: Lebih Aman dan Terkendali?

Jika berhasil diimplementasikan, drone logistik bisa menjadi standar baru di dunia mountaineering. Pendaki bisa fokus pada persiapan fisik dan strategi, sementara pasokan dikirim via teknologi. Everest, yang selama ini dikenal sebagai "Zona Maut", mungkin akan menjadi sedikit lebih ramah—tapi tetap menantang.