
Informasi Traveling Anda
Emas selalu menjadi simbol kemewahan dan kekuasaan. Tak heran, banyak bangunan bersejarah di dunia yang dilapisi emas asli—mulai dari kubah megah hingga ornamen detail yang memukau. Tapi tahukah Anda, jika struktur ini dibangun di zaman sekarang, biayanya bisa mencapai triliunan rupiah?
Berikut tujuh bangunan legendaris berbalut emas yang membuat kita bertanya-tanya: "Seberapa kaya sih orang zaman dulu?
Kubah emasnya yang berkilauan adalah ikon Yerusalem. Dibangun pada 691 M, lapisan emasnya diperkirakan membutuhkan 80 kg emas murni! Jika dibangun sekarang, biaya pelapisannya saja bisa menembus Rp 80 miliar—belum termasuk arsitektur megah di bawahnya.
Kompleks kuil ini dipenuhi mozaik emas, termasuk patung Garuda dan Naga yang bersepuh emas. Diperkirakan, butuh 200 kg emas untuk menghias seluruh area. Nilainya sekarang? Rp 200 miliar lebih!
Tempat suci Sikh ini benar-benar "mandi" emas. Renovasi abad ke-19 menggunakan 750 kg emas untuk melapisi lantai atas dan kubah. Kalau dihitung sekarang, harganya bisa Rp 750 miliar!
Kubah bawangnya yang unik sebagian besar bersepuh emas. Meski tak setebal bangunan lain, emas di sini menambah kesan mewah yang bikin turis terpana.
Kediaman Dalai Lama ini memiliki atap emas yang memantulkan sinar matahari. Butuh 5.000 kg emas dan permata untuk mempercantiknya—nilainya sekarang bisa Rp 5 triliun!
Seluruh permukaan pagoda ini dilapisi 60 ton emas, dengan puncak dihiasi 5.448 berlian dan 2.317 rubi. Jika dibuat sekarang, biayanya bisa Rp 60 triliun!
Meski bukan bangunan keagamaan, langit-langit dan rak bukunya dihiasi daun emas. Koleksi manuskripnya pun tak ternilai harganya.
Fakta Mengejutkan:
Beberapa bangunan ini sempat dijarah atau rusak, tapi selalu dipugar dengan emas baru.
Teknik penyepuhan zaman dulu lebih tahan lama dibanding metode modern.
Jika seluruh emas di bangunan ini dilebur, bisa jadi cadangan emas negara kecil!
Bayangkan: Jika pemerintah masa kini ingin membangun satu saja bangunan seperti ini, anggarannya mungkin setara dengan proyek infrastruktur nasional. Tapi bagi raja-raja dan pemimpin zaman dulu, ini adalah cara mereka "flexing" kekayaan dan kekuasaan!