
Informasi Traveling Anda
Gunung Semeru, sang Mahameru yang menjulang megah di Jawa Timur, kembali menunjukkan taringnya. Pada Selasa, 15 April 2025, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengalami erupsi, menyemburkan kolom abu tebal setinggi 1.000 meter ke angkasa. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa alam, betapapun indahnya, menyimpan kekuatan dahsyat yang tak bisa diremehkan.
Langit Tertutup Abu, Warga Diminta Waspada
Letusan pagi itu mengeluarkan asap berwarna putih hingga kelabu yang menyebar ke arah timur laut. Suara gemuruh pun sempat terdengar, meski tidak menimbulkan kepanikan besar di sekitar wilayah. Seismograf mencatat aktivitas vulkanik selama lebih dari dua menit, menandakan bahwa Gunung Semeru masih sangat aktif dan berpotensi erupsi kembali.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengingatkan masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak, terutama di sektor tenggara, yang menjadi jalur awan panas guguran. Area dalam radius 3 kilometer dari kawah juga dinyatakan terlarang karena bahaya lontaran batu pijar.
Pendakian Masih Ditutup, Demi Keselamatan
Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) memastikan bahwa seluruh jalur pendakian menuju Semeru masih ditutup. Bukan hanya karena aktivitas vulkanik, tapi juga karena cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang yang bisa membahayakan para pendaki.
Penutupan ini bukan tanpa alasan. Keselamatan pendaki tetap menjadi menjadi alasan dan prioritas utama dari penutupan tersebut.
Alam Tak Pernah Tidur
Erupsi Semeru kali ini bukan yang pertama dan mungkin bukan yang terakhir. Gunung ini dikenal aktif dan telah beberapa kali meletus dalam beberapa tahun terakhir. Namun, setiap letusan membawa pesan yang sama: hormatilah alam.
Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari pihak berwenang dan tidak mudah percaya pada rumor. Para pecinta alam pun diminta bersabar hingga kondisi benar-benar aman untuk kembali menapaki jalur-jalur pendakian menuju puncak Mahameru.